nanonesia.id – Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi Indonesia, baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah menunjuk Idrus Marham, mantan napi kasus korupsi, sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar. Keputusan tersebut menuai beragam reaksi dari masyarakat dan kalangan politik, mengingat Idrus Marham sebelumnya pernah terjerat dalam kasus korupsi proyek pembangunan PLTU Riau-1 yang menjeratnya dalam putusan pengadilan beberapa tahun lalu.
Bahlil, yang juga merupakan salah satu kader Golkar, menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil berdasarkan kemampuan dan pengalaman Idrus Marham dalam dunia politik dan organisasi. Menurut Bahlil, meskipun Idrus Marham pernah terlibat dalam kasus hukum, dia memiliki kompetensi yang sangat diperlukan untuk memperkuat partai, terutama dalam hal pengorganisasian dan strategi politik.
“Banyak orang yang menyebutkan latar belakang hukum Idrus, tapi saya melihat dari sisi positifnya. Dalam organisasi, kita membutuhkan orang yang berpengalaman, yang bisa memberikan sumbangan yang signifikan. Idrus punya kapasitas untuk itu,” kata Bahlil dalam konferensi pers setelah menunjuk Idrus Marham.
Idrus Marham sendiri mengaku bahwa dirinya telah menjalani masa hukuman dengan penuh tanggung jawab dan sudah meluruskan kesalahan yang pernah diperbuat. Ia menegaskan bahwa pengalaman di masa lalu justru menjadi pelajaran yang berharga, yang membentuknya menjadi lebih baik dalam menjalani peran politiknya ke depan. Idrus juga menekankan komitmennya untuk bekerja keras dalam membangun Golkar, dan berkontribusi bagi kemajuan partai yang kini dipimpin oleh Airlangga Hartarto.
Meskipun begitu, keputusan Bahlil untuk menunjuk Idrus Marham tidak lepas dari kritik, baik dari publik maupun beberapa pihak di dalam Golkar sendiri. Banyak pihak yang mempertanyakan mengapa seorang mantan napi kasus korupsi bisa menduduki posisi strategis di partai besar seperti Golkar. Beberapa kalangan menilai bahwa hal ini bisa berdampak buruk terhadap citra partai yang tengah berupaya menunjukkan komitmennya dalam memberantas korupsi di Indonesia.
Namun, Bahlil menanggapi kritikan tersebut dengan menyatakan bahwa Golkar adalah partai yang mengutamakan keberagaman dan inklusivitas, serta memberi ruang bagi siapa saja yang memiliki potensi untuk maju. Ia menambahkan bahwa Golkar adalah partai yang selalu berkomitmen untuk melakukan perbaikan dan regenerasi, dan Idrus Marham diharapkan bisa menjadi bagian dari upaya tersebut.
Golkar sendiri saat ini sedang dalam proses memperkuat struktur organisasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Pemilu 2024. Penunjukan Idrus Marham sebagai Waketum diharapkan dapat membawa energi baru bagi partai, yang saat ini tengah berfokus pada penguatan internal dan penggalangan dukungan dari masyarakat.
Ke depannya, Bahlil mengungkapkan bahwa Golkar akan terus bergerak ke arah yang lebih baik, dengan tetap mengutamakan prinsip-prinsip demokrasi dan reformasi. Partai ini, lanjut Bahlil, harus bisa memberikan contoh yang baik bagi masyarakat dan menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan berkontribusi dalam pembangunan negara.
Dengan penunjukan Idrus Marham sebagai Wakil Ketua Umum, Bahlil berharap Golkar bisa semakin solid dan siap menghadapi tantangan politik yang ada di depan, sembari tetap menjaga integritas dan semangat untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia.