nanonesia.id – Di era digital yang terus berkembang, ancaman terhadap sistem teknologi informasi dan komunikasi semakin kompleks dan tersebar luas. Keamanan siber menjadi salah satu isu paling mendesak bagi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Inggris. Sebagai salah satu negara dengan infrastruktur teknologi informasi yang maju dan pusat keuangan global, Inggris menjadi target utama bagi pelaku kejahatan siber, kelompok teroris, serta negara-negara yang memiliki kepentingan politik dan ekonomi tertentu.
Seiring meningkatnya ketergantungan pada teknologi dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari sektor pemerintahan, bisnis, hingga kehidupan sehari-hari, ancaman siber di Inggris semakin beragam dan semakin canggih. Namun, di balik tantangan besar ini, Inggris juga telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk memperkuat pertahanan siber nasional, berkolaborasi dengan mitra internasional, serta memberdayakan masyarakat dalam menghadapi ancaman global.
1. Ancaman Keamanan Siber yang Mengintai
Ancaman siber yang dihadapi Inggris sangat beragam dan mencakup beberapa jenis serangan yang merusak, termasuk:
a. Serangan Ransomware
Serangan ransomware telah menjadi salah satu ancaman paling signifikan di Inggris, baik bagi sektor publik maupun swasta. Serangan ini melibatkan enkripsi data penting, diikuti dengan permintaan uang tebusan untuk mengembalikan akses ke data tersebut. Di tahun 2020, serangan ransomware yang menyerang sektor kesehatan Inggris, khususnya NHS (National Health Service), menjadi sorotan media, mengingat dampaknya yang besar terhadap layanan medis dan keamanan data pasien.
b. Serangan APT (Advanced Persistent Threat)
Serangan APT, yang biasanya dilakukan oleh aktor negara atau kelompok terorganisir, menargetkan sistem-sistem penting seperti infrastruktur kritis, sistem keuangan, dan lembaga pemerintah. Kelompok APT ini bekerja dengan sangat cermat dan sabar, menggunakan teknik penyusupan yang sangat canggih untuk mendapatkan akses jangka panjang tanpa terdeteksi. Misalnya, Inggris menjadi sasaran serangan dari kelompok negara yang memiliki kepentingan politik atau ekonomi tertentu.
c. Phishing dan Penipuan Digital
Serangan phishing yang menggunakan teknik manipulasi psikologis untuk menipu korban agar memberikan informasi pribadi atau kredensial login, menjadi masalah besar, terutama dalam sektor perbankan dan e-commerce. Serangan ini sering kali dilakukan dalam skala besar, dengan mengirimkan email atau pesan palsu yang terlihat sangat meyakinkan.
d. Serangan terhadap Infrastruktur Kritis
Infrastruktur kritis Inggris—termasuk sistem kelistrikan, transportasi, dan layanan air—juga rentan terhadap ancaman siber. Serangan yang menargetkan infrastruktur ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada kehidupan sehari-hari, merusak ekonomi, atau bahkan mengancam keselamatan warga negara.
2. Langkah-langkah Pemerintah Inggris dalam Menghadapi Ancaman Siber
Pemerintah Inggris telah menyadari bahwa ancaman siber bukan hanya masalah teknis, tetapi juga tantangan strategis yang memerlukan perhatian khusus di tingkat nasional. Beberapa langkah utama yang telah diambil oleh Inggris dalam mengatasi ancaman ini meliputi:
a. National Cyber Security Strategy
Pemerintah Inggris telah merilis National Cyber Security Strategy (NCSS) yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2011 dan diperbarui secara berkala. Strategi ini berfokus pada lima area utama: melindungi infrastruktur kritis, mencegah kejahatan siber, membangun kemampuan pertahanan siber yang kuat, berkolaborasi dengan mitra internasional, dan memberdayakan masyarakat dan sektor swasta. Dalam kerangka ini, Inggris berkomitmen untuk meningkatkan keterampilan siber di seluruh sektor, serta memitigasi ancaman yang datang dari aktor negara atau kelompok terorganisir.
b. Pembentukan NCSC (National Cyber Security Centre)
Pada tahun 2016, Inggris mendirikan National Cyber Security Centre (NCSC), yang berfungsi sebagai pusat keunggulan dalam hal pertahanan siber dan respons terhadap insiden siber. NCSC memberikan panduan kepada pemerintah, industri, dan masyarakat tentang cara melindungi sistem informasi dari serangan siber. NCSC juga berfungsi sebagai pusat koordinasi untuk menanggapi insiden siber besar, memberikan analisis dan rekomendasi serta memastikan bahwa organisasi dapat memitigasi risiko siber yang terus berkembang.
c. Kemitraan Publik-Swasta
Inggris menyadari bahwa sektor publik tidak bisa menangani masalah ini sendirian. Oleh karena itu, pemerintah Inggris aktif bekerja sama dengan sektor swasta, lembaga internasional, serta universitas dalam memperkuat keamanan siber. Sektor swasta diharapkan untuk berinvestasi dalam pertahanan siber mereka sendiri, sementara pemerintah memberikan dukungan berupa kebijakan dan pendanaan. Kemitraan ini juga termasuk penyediaan pelatihan dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang ancaman siber di kalangan pekerja dan masyarakat umum.
d. Pendekatan Berbasis Kewarganegaraan
Pentingnya peran masyarakat dalam menghadapi ancaman siber juga mendapat perhatian. Pemerintah Inggris telah meluncurkan berbagai kampanye untuk meningkatkan literasi siber masyarakat. Salah satu inisiatif penting adalah program Cyber Aware yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang cara melindungi diri mereka secara online, termasuk menggunakan kata sandi yang kuat, mengaktifkan otentikasi dua faktor, dan mengenali tanda-tanda penipuan online.
3. Peran Teknologi dalam Menghadapi Ancaman
Teknologi menjadi garda depan dalam melawan ancaman siber yang semakin canggih. Beberapa inovasi yang sedang diterapkan untuk meningkatkan pertahanan siber di Inggris antara lain:
a. Kecerdasan Buatan (AI) dan Pembelajaran Mesin
Penerapan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning) dalam keamanan siber memungkinkan deteksi ancaman secara lebih cepat dan lebih akurat. Dengan memanfaatkan AI, sistem keamanan dapat belajar dari pola serangan sebelumnya dan menyesuaikan pertahanannya terhadap ancaman baru. Teknologi ini juga dapat membantu dalam mendeteksi anomali atau perilaku yang mencurigakan dalam jaringan komputer secara real-time.
b. Enkripsi dan Keamanan Data
Enkripsi menjadi salah satu langkah penting untuk melindungi data sensitif dari serangan siber. Inggris mengadopsi teknologi enkripsi yang lebih kuat untuk melindungi komunikasi dan transaksi digital. Penggunaan blockchain juga semakin berkembang untuk meningkatkan transparansi dan keamanan transaksi serta mengurangi kemungkinan adanya manipulasi data.
c. Platform Keamanan Cloud
Dengan semakin banyaknya organisasi yang berpindah ke cloud computing, mengamankan data dan aplikasi yang ada di cloud menjadi prioritas. Inggris mempromosikan penggunaan platform keamanan cloud yang canggih untuk melindungi data yang disimpan dan diproses di layanan cloud dari ancaman yang muncul.
4. Kolaborasi Internasional: Menghadapi Ancaman Global
Keamanan siber tidak mengenal batas negara, dan ancaman yang ditimbulkan bisa berasal dari mana saja di dunia. Untuk itu, Inggris aktif bekerja sama dengan negara-negara lain dan organisasi internasional dalam mengatasi ancaman siber. Melalui perjanjian internasional, Inggris berupaya menciptakan aturan bersama mengenai tanggung jawab negara dalam dunia maya dan meningkatkan kolaborasi dalam mengidentifikasi dan menanggapi serangan siber lintas negara.
Inggris juga merupakan bagian dari European Union Agency for Cybersecurity (ENISA) dan berpartisipasi dalam berbagai forum internasional yang membahas keamanan dunia maya, termasuk G7 Cybersecurity dan UN Group of Governmental Experts. Kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan aturan yang lebih jelas dan kolaboratif dalam mengatasi serangan siber yang bersifat global.
5. Masa Depan Keamanan Siber di Inggris
Mengingat ancaman yang terus berkembang, Inggris harus terus beradaptasi dan meningkatkan kemampuan pertahanan sibernya. Masyarakat dan sektor swasta perlu memperkuat kemitraan dengan pemerintah, serta berinvestasi dalam teknologi yang lebih canggih untuk mendeteksi dan mencegah serangan siber. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keamanan siber juga sangat vital, mengingat serangan siber sering kali memanfaatkan kelemahan manusia, bukan hanya kelemahan teknis.
Dengan kebijakan yang tepat, kolaborasi yang kuat, dan pemanfaatan teknologi yang inovatif, Inggris dapat lebih siap menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks dan membangun ekosistem digital yang lebih aman dan lebih tangguh.