nanonesia.id – Krisis energi global yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk konflik geopolitik, ketegangan perdagangan internasional, dan peralihan menuju energi bersih, telah mengguncang sistem energi di banyak negara. Salah satu negara yang merasakan dampak besar dari krisis ini adalah Inggris, yang selama beberapa dekade sangat bergantung pada gas alam sebagai sumber energi utama untuk pembangkit listrik, pemanas rumah, dan kebutuhan industri. Namun, di tengah ketidakpastian energi global, Inggris kini semakin mempercepat upaya untuk mengurangi ketergantungan pada gas alam dan beralih ke sumber energi terbarukan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Pergeseran ini bukan hanya respons terhadap krisis energi, tetapi juga bagian dari komitmen Inggris untuk mencapai net-zero emissions pada tahun 2050 dan memimpin transisi global menuju ekonomi rendah karbon. Dalam artikel ini, kita akan membahas tantangan yang dihadapi Inggris dalam mengurangi ketergantungan pada gas alam, serta upaya dan kebijakan yang diterapkan untuk mencapainya.
1. Ketergantungan Inggris pada Gas Alam: Masalah yang Mendasar
Seperti banyak negara industri lainnya, Inggris selama ini mengandalkan gas alam sebagai bahan bakar utama untuk pembangkit listrik dan pemanasan. Pada puncaknya, gas alam menyumbang sekitar 40% dari total pasokan energi di Inggris. Meskipun negara ini telah berupaya untuk mendiversifikasi sumber energi selama bertahun-tahun, gas alam tetap menjadi bagian penting dari campuran energi Inggris.
Namun, ketergantungan yang tinggi pada gas alam membawa sejumlah risiko, terutama dalam konteks krisis energi global. Lonjakan harga gas yang dipicu oleh gangguan pasokan, seperti invasi Rusia ke Ukraina, serta ketegangan lainnya di pasar energi internasional, telah meningkatkan biaya energi di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Ini memicu inflasi energi yang tinggi, mengancam daya beli rumah tangga, serta meningkatkan biaya produksi bagi bisnis-bisnis di sektor-sektor yang sangat bergantung pada energi.
2. Mengurangi Ketergantungan: Menuju Energi Terbarukan
Sebagai bagian dari rencana jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada gas alam, Inggris telah memulai berbagai inisiatif untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan. Negara ini berfokus pada pengembangan teknologi yang dapat menggantikan gas alam sebagai sumber energi utama, dengan beberapa langkah berikut:
- Energi Angin Laut (Offshore Wind): Inggris memiliki salah satu potensi terbesar di dunia untuk energi angin laut. Pembangunan ladang angin offshore yang luas di sepanjang pantai Inggris merupakan salah satu prioritas utama dalam kebijakan energi negara. Ladang angin offshore ini dapat menyediakan kapasitas energi bersih yang besar, mengurangi ketergantungan pada gas alam. Inggris menargetkan untuk menghasilkan 40 gigawatt (GW) energi angin dari proyek-proyek offshore pada tahun 2030, yang akan mencakup sebagian besar kebutuhan energi listrik negara.
- Energi Surya: Inggris juga berupaya untuk meningkatkan penggunaan energi surya dengan memperluas kapasitas panel surya di seluruh negeri. Sementara cuaca di Inggris cenderung mendung, potensi untuk panel surya tetap cukup besar, terutama jika dipasang secara efisien pada bangunan dan atap rumah. Pemerintah Inggris memberikan insentif untuk investasi dalam energi surya melalui program subsidi dan kemudahan regulasi.
- Pengembangan Energi Nuklir: Sebagai sumber energi yang rendah karbon, energi nuklir juga dianggap sebagai alternatif untuk menggantikan gas alam, terutama dalam hal penyediaan energi yang stabil dan terjangkau. Pemerintah Inggris berencana untuk membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai bagian dari campuran energi masa depan. Pembangunan proyek-proyek nuklir seperti Hinkley Point C di Somerset diharapkan dapat meningkatkan kapasitas energi nuklir negara ini.
- Penyimpanan Energi dan Teknologi Jaringan Pintar: Salah satu tantangan terbesar dengan energi terbarukan adalah ketidakstabilan pasokannya, terutama pada sumber energi seperti angin dan matahari yang bergantung pada cuaca. Untuk mengatasi ini, Inggris berinvestasi dalam teknologi penyimpanan energi, seperti baterai besar dan sistem penyimpanan lainnya, untuk menyimpan energi saat pasokan berlebih dan melepaskannya saat permintaan tinggi. Selain itu, pembangunan jaringan listrik pintar (smart grids) juga penting untuk mengoptimalkan distribusi energi terbarukan.
3. Keamanan Energi dan Diversifikasi Sumber Energi
Salah satu alasan utama Inggris berusaha mengurangi ketergantungan pada gas alam adalah untuk meningkatkan keamanan energi. Ketergantungan yang tinggi pada impor gas alam dapat menempatkan Inggris dalam posisi rentan terhadap gangguan pasokan, seperti yang terlihat selama krisis energi pasca-pandemi dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Salah satu cara untuk mengurangi kerentanannya adalah dengan mendiversifikasi sumber energi.
- Biomassa dan Bioenergi: Inggris juga berupaya mengembangkan biomassa sebagai sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan sebagian pasokan gas alam. Pembangkit listrik berbasis biomassa, seperti Drax Power Station, yang mengubah biomassa menjadi energi, sudah beroperasi di Inggris, dan ada rencana untuk mengembangkan lebih banyak fasilitas serupa di masa depan.
- Hidrogen Hijau: Hidrogen hijau (dihasilkan melalui elektrolisis air dengan energi terbarukan) adalah teknologi yang menjanjikan untuk menggantikan gas alam di sektor industri dan transportasi. Inggris berinvestasi dalam riset dan pengembangan hidrogen hijau dan telah mengumumkan rencana untuk menjadi pemimpin global dalam produksi hidrogen di masa depan. Dengan memanfaatkan hidrogen untuk pemanas rumah dan industri, Inggris berharap dapat mengurangi ketergantungan pada gas alam.
4. Kebijakan Pemerintah untuk Mendukung Transisi Energi
Pemerintah Inggris memainkan peran kunci dalam mendorong transisi ini melalui kebijakan yang mendukung pembangunan infrastruktur energi terbarukan dan pengurangan ketergantungan pada gas alam. Beberapa kebijakan utama yang diperkenalkan antara lain:
- Skema Insentif dan Subsidi: Inggris menawarkan berbagai insentif untuk perusahaan yang berinvestasi dalam energi terbarukan. Program seperti Contract for Difference (CfD) memberikan jaminan harga yang stabil untuk produsen energi terbarukan, sehingga memberikan kepastian bagi investor dan perusahaan energi.
- Pencabutan Subsidi untuk Gas Alam: Pemerintah Inggris secara bertahap mengurangi subsidi untuk energi berbasis gas alam, mendorong peralihan ke energi yang lebih bersih. Ini juga mencakup kebijakan untuk meningkatkan efisiensi energi dalam sektor domestik dan industri.
- Peraturan Pengurangan Emisi Karbon: Dengan target net-zero emissions pada tahun 2050, Inggris memiliki serangkaian kebijakan yang mendesak sektor industri dan transportasi untuk mengurangi emisi karbon mereka. Ini termasuk pembatasan pada kendaraan berbahan bakar fosil dan insentif untuk penggunaan kendaraan listrik.
5. Tantangan dalam Mengurangi Ketergantungan pada Gas Alam
Meskipun ada banyak kemajuan, Inggris tetap menghadapi tantangan besar dalam mengurangi ketergantungan pada gas alam. Salah satu tantangan terbesar adalah biaya transisi. Peralihan dari sumber energi fosil ke energi terbarukan memerlukan investasi besar dalam infrastruktur baru dan teknologi penyimpanan energi. Selain itu, Inggris harus menangani masalah pasokan energi yang stabil, terutama selama musim dingin, ketika permintaan energi biasanya meningkat.
Selain itu, meskipun Inggris berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada gas alam, transisi energi yang cepat dapat menyebabkan ketegangan di sektor-sektor yang masih bergantung pada gas, seperti industri kimia dan manufaktur.
6. Kesimpulan: Menuju Masa Depan Energi yang Lebih Hijau
Krisis energi global telah mendorong Inggris untuk mempercepat transisi menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Meskipun tantangan tetap ada, upaya Inggris untuk mengurangi ketergantungan pada gas alam dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan seperti angin, matahari, dan hidrogen menunjukkan komitmennya untuk membangun ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan kebijakan yang mendukung, teknologi yang terus berkembang, dan investasi yang berkelanjutan, Inggris berharap dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menciptakan sistem energi yang lebih tangguh, terjangkau, dan ramah lingkungan di masa depan.